Importir Hot Rolled Steel, Hot rolling merupakan proses pengerolan plat besi, yang dilakukan di suhu yang tinggi. Awalnya, Ingot (bahan baku) dipanaskan hingga pada suhu rekristalisasi (umumnya sekitar 450oC). Tujuannya adalah saat proses hot rolling, gaya deformasi (gaya untuk merubah bentuk/ukuran dari objek) yang dibutuhkan menjadi lebih kecil ketika temperature tinggi. Metal pada suhu tinggi lebih mudah dibentuk. Namun, memanaskan besi hingga suhu rekristalisasi sebenarnya tidak menambahkan kekuatan / ketahanan besi tersebut. Lalu, proses rolling terus berlangsung hingga ingot tadi pipih seperti pelat/plat.
Berdasarkan penelitian BIZTEKA diketahui bahwa sepanjang bulan November 2018 lalu, jumlah importir hot rolled steel di Indonesia tidak banyak yaitu hanya ada 10 perusahaan. Dari jumlah tersebut yang tergolong besar hanya ada 5 perusahaan/importir.
Importir besar tersebut adalah :
-PT. Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk,
-PT. Sarana Steel,
-PT. Gunung Raja Paksi,
-PT. Artindo Megah Steel dan
-PT. Aneka Djakarta Iron Steel.
Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk adalah produsen pipa baja dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai macam pipa baja/tabung dan berbagai produk terkait lainnya sepanjang bulan November 2018 lalu mampu mengimpor hot rolled sebanyak 6.018 ton senilai US$ 3,76 juta atau dengan kontribusi paling besar yaitu sebesar 59,9% dari total nilai impor hot rolled di Indonesia sepanjang bulan November 2018 yang sebesar US$ 6,28 juta.
Importir terbesar kedua adalah PT. Sarana Steel dengan volume impor sebanyak 1.087 ton senilai US$ 698 ribu atau dengan market share sebesar 11,1%. Disusul oleh PT. Gunung Raja Paksi yang mencapai 1.012 ton senilai US$ 640 ribu atau dengan market share sebesar 10,2%.
Urutan keempat adalah PT. Artindo Megah Steel, yang mencapai 826 ton senilai US$ 559 ribu atau dengan kontribusi sebesar 8,9%, serta urutan kelima adalah PT. Aneka Djajarta Iron Steel dengan volume impornya sebanyak 616 ton senilai US$ 385 ribu atau dengan kontribusi sebesar 6,1%. (Bizteka Februari 2019)