APAKAH INI BUAH SIMALAKAMA ?
Pasar Industri Makanan Bergairah,
TETAPI SEBAGIAN BESAR BAHAN BAKUNYA ADALAH TERIGU IMPOR ?
Pada laporan profil industri BIZTEKA untuk Edisi Oktober 2016 ini ditampilkan kondisi industri tepung terigu di Indonesia yang nampaknya terus berkembang. Kondisi industri tepung terigu di dalam negeri masih didominasi oleh perusahaan besar yang notabene juga memproduksi mie instan sebagai pemakai terigu. Industri mie instan juga semakin berkembang hingga menjadi alternative makanan pokok oleh hampir sebagian besar penduduk Indonesia dan pada akhirnya sekarang ini gandum menjadi makanan pokok kedua setelah beras.
Jika dilihat dari sisi produksi terigu memang sangat prospektif, tetapi jika dilihat dari raw materialnya, biji gandum masih diimpor berarti masih ada ketergantungan pada pihak asing. Tepung terigu sudah menyebar merata disetiap lapisan masyarakat mulai dari mie, roti, kue, snack, bahkan gorengan yang dijual di kaki lima sudah memakai terigu sebagai pelapis. Tanpa disadari impor gandum dalam jumlah yang fantastis ini dapat mengancam stabilitas perekonomian negara karena harga akan dikendalikan oleh negara-negara produsen sedangkan negara konsumen dalam hal ini adalah Indonesia hanya dapat menerima berapapun harga yang ditawarkan sehingga dapat menguras habis anggaran belanja. Apabila terjadi keadaan demikian pastinya Indonesia menjadi negara yang sangat dirugikan karena 100% biji gandum yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai terigu berasal dari luar negeri.
Padahal industri makanan (food industry) di Indonesia terus berkembang dengan indikasi terus bertambahnya realisasi investasi di sektor ini. Dari data BKPM, diketahui bahwa perkembangan realisasi investasi industri makanan selama lima tahun lalu melaju rata-rata 31% per tahun dan tahun 2015 lalu telah mencapai Rp 45,1 Triliun.
Jika dilihat dari realisasi investasi di Indonesia pada lima tahun lalu, industri makanan secara rata-rata sudah berkontribusi sekitar 7% hingga 11% dari total realisasi investasi. Menurut Bizteka, total realisasi investasi di Indonesia selama kurun waktu di atas meningkat rata-rata 23% per tahun dan pada tahun 2015 telah mencapai Rp 574,7 Triliun. Demikian juga pada tahun 2016 hingga bulan Juni, realisasi investasi untuk sektor industri makanan telah mencapai Rp 29,5 Triliun untuk total investasi seluruh sektor yang mencapai Rp 285,5 Triliun. Realisasi investasi industri makanan dari PMDN sekitar Rp16,6 Triliun dan PMA sebesar Rp 12,85 triliun.
Dengan potensi perkembangan industri makanan di Indonesia yang menggairahkan tersebut maka sudah saatnya perlu dipikirkan alternative raw material yang bisa dikembangkan di Indonesia pengganti gandum. Salah satu bahan pengganti gandum adalah Mocaf yaitu bahan olahan singkong. MOCAF (Modified Cassava Flour) dapat menjadi solusi dalam permasalahan ketergantungan terigu Indonesia. Tepung MOCAF merupakan tepung singkong yang termodifikasi karena fermentasi bakteri asam laktat sehingga merubah sifat tepung tersebut. Keistimewaan dari MOCAF adalah dapat mengembang setara dengan pengembangan tepung terigu dengan kadar protein sedang. Sehingga penggunaan terigu dapat digantikan dalam pembuatan produk pangan yang tidak membutuhkan adonan yang mengembang seperti biskuit dan roti kering atau mie instan.
Untuk menutup Opini pada bulan Oktober 2016 ini, kami Jurnal Bisnis Bizteka telah berhasil terbit Edisi yang ke-12, berarti sudah menginjak usia satu tahun. Kami segenap redaktur Jurnal Bisnis Bizteka mengucapkan terimakasih atas partisipasi dari pengisi rubrik semoga Bizteka terus berjaya dan dapat memberikan informasi bisnis yang akurat.