Perkembangan Impor Biji Kakao, Terjadinya lonjakan impor biji kakao hingga 271% pada tahun 2017 lalu sebagai akibat dari semakin melemahnya produksi biji kakao dalam negeri, impor biji kering kakao dari luar negeri pada 2017 mencapai 226.615 ton meningkat sekitar 165.000 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Impor biji kakao tersebut berasal dari sejumlah negara seperti Pantai Gading, Ghana, Kamerun, Nigeria, dan Ekuador.
Peningkatan impor biji kakao ini dilakukan agar pabrik pengolahan biji kakao bisa terus berjalan di tengah semakin menurunnya produksi kakao dalam negeri yang telah terjadi selama kurang lebih sepuluh tahun dengan persentasi peningkatan impor telah mencapai 653% – 1.030%.
Impor biji kakao Indonesia dalam waktu lima tahun terakhir (2013-2017) tumbuh rata-rata 122,5% per tahun. Volume impor tahun 2013 tercatat 30.766 ton meningkat cukup tinggi pada tahun 2014 sebesar 255,6% menjadi 109.410 ton senilai US$.341.437 ribu, kemudian menurun di tahun 2015 sekitar 51,2% menjadi hanya 53.372 ton dan meningkat terus hingga tahun 2017 dengan peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 271,4% menjadi 226.615 ton senlai US$.486.550 ribu, seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Impor biji kakao tahun 2017 terbesar berasal dari Pantai Gading (Cote D’Ivoire) yaitu sebesar 57.359 ton atau sekitar 25,3% terhadap total impor senilai US$.119.369 ribu, kemudian diurutan kedua dari Malaysia sebesar 55.850 ton atau sekitar 24,7% dengan nilai US$.123.387 ribu dan diurutan ketiga dai Ecuador sebesar 36.327 ton senilai US$.79.230 ribu (sumber: Journal Bisnis Bizteka Juni 2018)