Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mendorong pengembangan produk lilin hasil olahan minyak kelapa sawit atau CPO untuk industri batik agar dapat menggantikan parafin, yang saat ini sebagian besar masih impor, pengembangan dilakukan untuk mempercepat alur produksi batik, tanpa perlu menunggu impor bahan baku parafin.
Subtitusi dengan menggunakan lilin dari minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), bukan hanya mengganti produk impor, tetapi juga dapat mendorong berkembangnya industri pengolahan baru. Bahkan ini bisa dikatakan sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah dalam pengembangan produk bernilai tambah tinggi yang berkelanjutan.
Karena jumlah minyak kelapa sawit yang melimpah di Indonesia. produksi CPO pada 2018 mencapai 42 juta ton dan produksi minyak inti sawit mentah mencapai 4,7 juta ton. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, sedangkan produk parafin dari olahan CPO merupakan suatu kemajuan dalam pengembangan bisnis, mengingat kedepannya produk ini tidak hanya digunakan dalam industri batik saja, tapi semakin luas oleh berbagai industri seperti furniture, cat, pigmen, pewarna dan tinta. Selain itu, juga bisa digunakan untuk merawat kecantikan yaitu sebagai facial wajah dan terapi waxing.
Impor
Impor paraffin sudah lama dilakukan Indonesia dan jumlahnya pun berfluktuasi, (naik-turun). Pada tahun 2014 misalnya impor paraffin tercatat sebesar 21.606 ton senilai US$ 29.338 ribu kemudian pada tahun 2015 menurun menjadi sebesar 18.906 ton senilai US$ 22.627 ribu. Namun demikian pada tahun 2016 naik kembali menjadi sebesar 19.339 ton senilai US$ 20.967 ribu.
Kondisi tersebut tidak berlangsung lama pada tahun 2017 turun kembali menjadi sebesar 18.824 ton, meskipun demikian nilainya meningkat yakni US$ 21.622 ribu. Sementara itu ditahun 2018 hingga akhir tahun diperkirakan sebesar 17.733 ton senilai US$ 20.358 ribu.
Impor paraffin Indonesia selama ini didatangkan dari sejumlah negara, baik itu dari kawasan Asia, Asean, Afrika, Eropa hingga Amerika. Namun dari sejumlah negara tersebut, pada tahun 2017 lalu negara China pemasok terbesar paraffin yakni sebanyak 8.667 ton atau berkontribusi sebanyak 46,0% dari total impor senilai US$ 10.389 ribu. Kemudian Malaysia memasok sebesar 6.106 ton atau berkontribusi sebesar 32,4% senilai US$ 5.201 ribu. Disusul Thailand sebesar 861 ton senilai US$ 750 ribu. (Bizteka Februari 2019)