Harga jagung berpotensi melonjak dalam 6 bulan ke depan akibat iklim kering yang mengancam produksi jagung dalam negeri. Level harga jagung terus naik sejak April 2019, setelah masa panen raya jagung yang berlangsung pada Februari-Maret 2019 berakhir.
Saat ini harga jagung di level petani, ada di angka Rp. 3.736 per kilogram dengan harga di pabrik pakan dan peternak mandiri sekitar Rp.4.400 hingga Rp.4.500 per kilogram.
Harga tersebut berada di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.96/2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Dalam beleid tersebut harga acuan di tingkat petani sebesar Rp.3.150/kg.
Prediksi harga jagung akan kembali naik pada semester II/2019 sebab petani yang menanam jagung pada musim tanam Mei terganggu oleh kekeringan yang terjadi sejak Juni. Sementara itu, pada Juli—September prediksi kekeringannya akan semakin parah, sehingga produksi jagung pasti di bawah ekspektasi.
Produksi jagung nasional pada tahun ini diprediksi hanya akan mencapai 20 juta ton. Volume tersebut berada di bawah proyeksi Kementerian Pertanian yang menyebutkan produksi jagung dalam negeri pada 2019 menembus 33 juta ton.
Gejolak harga dan pasokan jagung tahun ini juga akan diperparah oleh belum siapnya alat pengering di gudang-gudang penyimpanan jagung nasional. Akibatnya, jagung yang dipanen oleh petani tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Konsumsi Jagung
Seperti kita ketahui, konsumsi jagung terbesar adalah industri pakan ternak dan kemudian industry makanan dan hanya sebagian kecil saja yang langsung untuk konsumsi masyarakat. Konsumsi jagung dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata 2,2% per tahun.
Konsumsi jagung Indonesia pada tahun 2014 angkanya tercatat 15,42 juta ton, naik menjadi 16,39 juta ton pada tahun 2015 dan naik lagi di tahun 2016 menjadi 17,51 juta ton, kemudian turun pada tahun 2018 dengan angka 16,14 juta ton