Ekspor Aspal Indonesia Menurut Negara Tujuan

Ekspor aspal Indonesia ditujukan ke sejumlah negara, namun ada dua negara yang mengimpor paling besar yakni China dan Timor – Timur. Pada tahun 2015 lalu ekspor aspal ke negara China tercatat sebesar 37.579 ton atau 89,0% dari total ekspor Indonesia dengan nilai US$ 1.413 ribu, disusul Timor – Timur sebesar 4.518 ton (10,7%) senilai US$ 2.146 ribu.

Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor aspal Indonesia adalah Taiwan sebesar 46 ton, Singapura sebesar 36 ton, serta Vietnam sebesar 20 ton. Negara lainnya adalah Papua New Guinea, Thailand, Jepang, Korea Selatan, serta Belgia dengan volume dan nilai sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.

Mendukung Pemerintah

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mendukung penggunaan aspal Buton sebagai bentuk dukungan penggunaan produk dalam negeri dan menekan impor aspal luar negeri. Menurut Indroyono, Presiden mengeluarkan kebijakan ingin semaksimal mungkin menggunakan produk dalam negeri. Selama ini, kita masih mengimpor 1,2 juta ton aspal minyak dari luar negeri.

Indroyono menambahkan aspal Buton memiliki kualitas yang cukup bagus, contohnya seperti Jalan Padalarang-Cimahi yang dibuat sejak tahun 60 an itu dari aspal Buton kondisinya hingga kini masih bagus. Untuk itu aspal Buton bisa digunakan dalam menyukseskan program kemaritiman yakni pembangunan jalan di pulau terluar, wilayah perbatasan atau pesisir pantai.

Sebelumnya, pemerintah melalui PT Pertamina telah berkomitmen untuk menghentikan impor aspal cair pada 2010 dan menggantinya dengan mengoptimalkan produksi aspal Buton. Penghentian impor aspal cair ini disebabkan jumlahnya yang sangat terbatas di pasaran dunia sehingga memicu kenaikan harga. Pada tahun lalu harga aspal cair mencapai 540 dolar AS atau setara dengan Rp 5,4 juta per ton, sementara aspal Buton hanya berkisar 250 dolar AS atau Rp 2,5 juta per ton.

Saat ini, produksi aspal Buton hanya menyumbang sekitar 1,46 persen dari total kebutuhan aspal nasional. Pada 2008, produksi aspal Buton hanya mencapai 17.500 ton dari 1,2 juta ton kebutuhan nasional.