Suplai EPDM Dipasar Indonesia, Kendati cenderung mengalami fluktuasi, suplai ethylene – propylene – non -conjugated diene rubber (EPDM) di pasar Indonesia sepanjang tahun 2013 hingga 2018 secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positip dengan laju yang relatif kecil yakni sebesar 1,8% per tahun.
Walaupun relatif kecil, adanya pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa industri hilir EPDM di Indonesia seperti industri ban, industri mechanical rubber good (MRG), industri spare part automotive dan industri pemakai EPDM lainnya di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif.
Berdasarkan hasil penelusuran Bizteka diketahui bahwa pada tahun 2013 lalu suplai EPDM di Indonesia baru tercatat sebesar 10.785 ton, yang kemudian meningkat menjadi 11.121 ton pada tahun 2014. Pada tahun 2015 suplai menurun menjadi 10.126 ton. Namun dalam dua tahun berikutnya suplai terus meningkat dan mencapai 12.075 ton pada tahun 2017. Berdasarkan data hingga bulan Juli 2018, suplai pada tahun 2018 diperkirakan akan kembali menurun menjadi 11.665 ton.
Impor Meningkat Tipis
Di Indonesia hingga saat ini belum ada produsen yang memproduksi EPDM, sehingga seluruh kebutuhan EPDM di pasar Indonesia masih harus dipenuhi dari produk impor. Menurut catatan impor dari Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2013 hingga 2018 impor EPDM Indonesia cenderung meningkat dengan laju 1,8% per tahun untuk volumenya, sedangkan nilai impornya justru menurun dengan laju minus 4,3%.
Setelah mengalami kenaikan 3,3% dari 10.802 ton tahun 2013 meningkat menjadi 11.158 ton pada tahun 2014 senilai US$ 35.089 ribu, impor pada tahun 2015 menurun 8,9% menjadi 10.164 ton dengan nilai US$ 29.723 ribu. Dalam dua tahun berikutnya impor terus meningkat dan mencapai 12.078 ton pada tahun 2017 senilai US$ 29.537 ribu. Sedangkan impor pada tahun 2018 diperkirakan akan kembali menurun menjadi 11.691 ton dengan nilai yang justru meningkat menjadi US$ 31.465 ribu (Des-2018)
