Nilai Impor Produk Agrikultura Asal A.S. Lebih Tinggi Dari Nilai Barang Ekspor Indonesia, untuk mempertahankan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP), Indonesia berencana akan menawarkan kemudahan akses terhadap 30 barang dan jasa asal Amerika Serikat, mulai dari penurunan hingga pembebasan tarif, karena dengan adanya GSP sejumlah produk Indonesia mampu bersaing di pasar Internanional, disisi lain muncul asumsi jika hambatan dagang dilonggarkan (produk agrikultura asal A.S.) akan menyebabkan Indonesia defisit dan diharapkan jangan sampai menggerus produk subtitusi yang dibuat di Indonesia misalkan untuk produk tepung singkong dikenai PPN sedangkan gandum impor tidak, kebijakan tersebut tentu memberatkan, terlebih jika pintu impor gandum diperlebar, kebijakan itu sudah tentu telah diperhitungkan agar sesuai dengan kebutuhan produk agrikultura asal A.S. yang harus dicukupi. menurut Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan. (BI 24/07/18)
Produk agrikultura Kedelai, Kapas, Gandum, Produk susu, Buah segar, biji-bijian dan yang lainnya mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Seperti halnya pada tahun 2013 nilai ekspor untuk kedelai yaitu US$ 984,0 meningkat 4,7% atau menjadi US$ 1,030,0 pada tahun 2014, kemudian pada tahun berikutnya 2015 terjadi penurunan yang cukup tinggi yaitu 25,0% sehingga menjadi US$ 772,9, sedangkan pada tahun 2018 (Januari-Mei) sudah mencapai US$ 395,5 untuk nilai ekspor produk agrikultura tertinggi ditahun 2017 lalu adalah kedelai yaitu sebesar US$ 395,5 setelah itu biji-bijian sebesar US$ 553,6 dan yang terkecil adalah buah segar dengan nilai ekspor US$ 64,3, lebih detail mengenai perkembangan nilai ekspor beberapa barang agrikultura dari tahun 2013-2018* dapat dilihat pada tabel dibawah.
