Natrium karbonat (Na2CO3) dikenal juga sebagai soda abu (soda ash) atau soda cuci. Senyawa ini berbentuk bubuk putih yang mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan yang sangat alkali juga bersifat higroskopis. Kegunaan natrium karbonat di Indonesia antara lain untuk industri kaca seperti PT. KCC Glass Indonesia dan PT. Asahimas Flat Glass, Tbk, untuk melembutkan kain dan meningkatkan daya bersih deterjen seperti PT. Unilever Indonesia, juga pada proses pembuatan bubur kertas di industri kertas seperti PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia dan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Selain itu, soda ash juga digunakan untuk menjernihkan air dan menaikkan pH kolam renang. Pada industri makanan digunakan sebagai meningkatkan kekerasan adonan, pengatur keasaman dan penstabil. Pada industri keramik digunakan untuk menurukan tiitk leleh pasir silika sehingga pembuatan kaca dan glasir keramik dapat menggunakan suhu lebih rendah yang dapat menghemat waktu dan energi produksi, juga untuk membuat material tahan suhu tinggi. Pada industri tekstil digunakan untuk meningkatkan warna kain. Soda ash juga dapat mengurangi/menghilangkan sulfur dioksida pada emisi polusi asap buangan serta menghilangkan karat anggur, oli dan minyak.
Natrium karbonat merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan internasional dengan volume ekspor impor yang signifikan. Produsen utama natrium karbonat dipimpin oleh Amerika Serikat, Cina dan Turki. Data dari statista.com menyebutkan bahwa produksi soda ash di dunia tahun 2024 sekitar 73 juta metrik ton, dengan 30% merupakan proses ekstraksi trona di alam (alami) dan 70% sisanya dengan proses kimia (sintesis). Angka produksi ini telah mengalami kenaikan sejak 2010 dan diestimasi permintaan terus naik di tahun mendatang. Dapat dikatakan bahwa pasar natrium karbonat merupakan pasar yang menjanjikan. Indonesia sendiri memenuhi kebutuhan soda ash dengan sepenuhnya impor karena belum memiliki produsen dalam negeri. Importer utama Indonesia adalah Amerika Serikat dan Cina. Rata-rata impor Indonesia pada tahun 2021-2024 sekitar 846 ribu ton/tahun (data BPS).
Proses yang sering digunakan untuk memproduksi soda ash di dunia adalah proses solvay. Proses solvay dinilai ekonomis, efisien dan dapat diandalkan untuk memproduksi natrium karbonat. Bahan baku proses ini menggunakan air garam (NaCl), ammonia (NH3), dan batu kapur. Indonesia memiliki cadangan yang melimpah untuk ketiga bahan baku tersebut sehingga bila diusahakan dengan maksimal sangat memungkinkan Indonesia dapat memproduksi natrium karbonat sendiri. Di Indonesia sendiri sudah ada pencanangan pabrik soda ash. Tahun 2011 sudah ramai diberitakan bahwa PT. Petrokimia Gresik bersama dengan swasta akan mendirikan pabrik soda ash pertama di Indonesia dengan kapasitas 300 ribu ton/tahun di Gresik, dan dijadwalkan mulai beroperasi di akhir tahun 2024. Namun, hingga saat ini pabrik tersebut belum berjalan. Kabar terbaru didapat bahwa pabrik ini baru mulai dibangun tahun 2025 dan akan mulai beroperasi di 2028.
Di sisi lain, PT. Pupuk Kalimantan Timur juga diberitakan akan membangun pabrik soda ash pertama dengan kapasitas 300.000 ton per tahun di Kaltim Industrial Estate (KIE), kota Bontang, Kalimantan Timur. Kapasitas ini diharapkan dapat memenuhi 30% kebutuhan nasional. Pabrik ini dijadwalkan mulai beroperasi di akhir 2027. Berita tentang pendirian pabrik ini sudah diwartakan sejak 2022 lalu tetapi baru ada penandatanganan kontrak dengan EPC di Januari 2025. Semoga saja pembangunan pabrik ini lekas terwujud karena di tahun 2022 dikabarkan bahwa pendirian pabrik ini akan mulai di 2022 dan akan selesai di tahun 2025.
Lebih lanjut, investor asing, Hebang Biotechnology juga dikabarkan tengah membangun pabrik kimia per November 2024 di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Intergrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Kapasitas pabrik ini antara lain natrium karbonat 600 ribu ton/tahun, amonium klorida 600 ribu ton/tahun dan glifosat 200 ribu ton/tahun. Target pabrik ini mulai beroperasi di tahun 2027. Penulis sangat berharap semoga ketiga rencana pabrik di atas lekas selesai dan segera beroperasi. Diharapkan rencana ini dapat mengurangi jumlah impor natrium karbonat, membuka lapangan pekerjaan, menumbuhkan sektor ekonomi, serta meningkatkan pendapatan daerah.